Biografi Ning Dewi Yukha Nida, Hafidzah Trenggalek Juara 1 MTQ Internasional Rusia

  • Bagikan
Biografi Ning Dewi Yukha Nida, Hafidzah Trenggalek Juara 1 MTQ Internasional Rusia

Ning Dewi Yukha Nida adalah seorang perempuan yang berprestasi asal Kabupaten Trenggalek ini tidak menyangka bahwa dirinya bisa meraih juara I MHQ (Musabaqah Hifzil Qur’an) 30 Juz di Kazan, Tatarstan, Rusia pada ajang The Holy Quran Recitation Competition Kazan OIC Youth Capital tahun 2022 ini.

Dewi Yukha Nida atau sapaan akrabnya Ning Nida ini mengenang masa lalunya, saat duduk di MA (Madrasah Aliyah) tahun 2013, setiap tahajudnya berdoa suapay ia bisa menjadi juara MTQ internasional.

Biografi Ning Dewi Yukha Nida

Dewi Yukha Nida atau yang akrab disapa Ning Nida lahir di Trenggalek, Jawa Timur, pada 25 Desember 1997, anak kedua dari pasangan Kiai Ibnu Mu’thi dan Ibu Nyai Siti Munawarah. Ayahnya  adalah pendiri dan pengasuh PP Bahrul Ulum Kedungbajul, Ngadisuko, Kecamatan Durenan, Trenggalek. Bakat Ning Nida di bidang tajwid dan tajwid mulai nampak sejak ia tinggal di Pesantren Walisongo Cukir, Jombang.

Riwayat Pendidikan

Ning Nida menempuh pendidikan di SDN 1 Ngadisuko, Madrasah Ibtidaiyah Durenan, MA Perguruan Mu’allimat, dan mahasiswa Fakultas Tarbiyah Universitas Hasyim Asy’ari. Ia menerima gelar wisudawan terbaik saat wisuda tahun 2015.

Prestasi yang Dimiliki

Ning Nida berhasil meraih juara pertama secara berturut-turut pada MTQ nasional tahun 2018 dan 2020 dengan kompetisi yang berbeda. Kemudian dipercaya menjadi delegasi Indonesia di MTQ tingkat dunia 2017 di Yordania dan 2019 di Dubai.

Prestasi lain yang diraih Ning Nida adalah juara II MTQ Nasional se NTB 2016, juara II 30 juz tingkat provinsi Banten 2016, juara III MTQ 30 juz tingkat provinsi se-Banten. Papua tahun 2016, dan juara pertama pada MHQ 30 juz dan Murottal Sab’ah MHQ tingkat nasional yang diselenggarakan oleh JQHNU. Bisnis

Tentang Ning Dewi Yukha Nida

Ia berhasil menghafal 30 juz dengan jangka waktu 1,5 tahun. Setelah itu, Ning Nida menitipkan atau tasmi’ (bermain hafalan) kepada beberapa guru di sana. Diantaranya Ibu Nyai Umm Habibah Utsman, guru Walisongo dan KH Ahmad Syakir Ridwan, direktur (direktur) Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng.

Ning Nida main hafalan sekaligus update ke KH Najib Abdul Qadir Munawir, Krapyak. Ia juga mengantarkan sanad Al-Qur’an kepada KH Fathoni Dimyati Mojokerto, santri Syekh Yusuf Masyar dan pendiri Pesantren Madrasatul Qur’an.

Merintis Pesantren al-Qur’an Berstandar Internasional

Keikutsertaannya di berbagai perlombaan MTQ hingga sampai pada titik internasional tersebut betul-betul dimanfaatkan oleh Ning Nida. Program-program pembinaan yang diselenggarakan sebelum perlombaan ia jadikan kesempatan untuk mengambil ilmu-ilmu dalam membaca al-Qur’an yang sesuai dengan standar internasional dari ustadz dan ustadzah terkemuka.

“Dari setiap lomba itu saya banyak belajar dari guru-guru di dalam pembinaan. Dari situ saya mendapat banyak ilmu dan pengalaman,” ungkap wisudawati terbaik Universitas Hasyim Asy’ari tahun 2015 tersebut.

Bacaan al-Qur’an yang berstandar internasional, lanjutnya, sungguh merupakan cara membaca yang paling baik dan benar karena sudah diverifikasi atau disahihkan oleh para ulama-ulama dunia yang ahli di bidang al-Qur’an. Apalagi kemudian dilombakan untuk mencari bacaan yang terbaik dari tiap-tiap peserta.

Menurut Ning Nida, cara baca al-Qur’an berstandar internasional pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan cara membaca pada umumnya. Perbedaan yang paling menonjol terletak pada arti dari kata tajwid itu sendiri, yaitu memperbagus atau memperindah.

Keindahan ketika membaca al-Qur’an yang dimaksud bukan hanya didapat dari lagu saja, melainkan juga karena ketepatan lisan dalam memberikan hak dan mustahak huruf demi huruf yang dilafalkan. Pelafalan dengan makhraj dan sifat huruf yang benar harus diperhatikan betul tatkala membaca al-Qur’an agar sesuai dengan lisanan ‘arabiyya, karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas (Q.S. as-Syu’ara: 195).

Dan yang tidak kalah penting lagi adalah moderasi tekanan suara yang dilantunkan saat melafalkan huruf demi huruf serta penghayatan makna. Maka kemudian, olah suara menjadikan bacaan al-Qur’an semakin indah serta enak didengarkan.

“Mempelajari ilmu tajwid harus ber-talaqqi (berhadap-hadapan langsung dengan guru untuk menirukan bacaan beliau dan memperdengarkan bacaan) kepada guru yang bersanad sampai kepada Rasulullah. Karena, itu juga yang dipraktikkan Rasulullah kepada malaikat Jibril,” terang Ning Nida.

Berbekal pengalaman prestisius itulah, ditambah sanad dari sejumlah ulama yang otoritatif, Ning Nida bercita-cita untuk membumikan al-Qur’an kepada masyarakat luas. Karena itu ia, bersama kakaknya yang sama-sama hafidz dan alim di bidang al-Qur’an, Gus Hamam Nashiruddin, mulai merintis pesantren tahfidz al-Qur’an berstandar internasional.

Upaya itu sudah dimulai sejak tahun 2018 kemarin dengan meneruskan pesantren yang sudah dirintis oleh ayahandanya, PP. Bahrul Ulum Kedungbajul. Kini, setidaknya terdapat 100 santri dan santriwati mukim yang diasuh oleh Ning Nida bersama Gus Hamam untuk belajar dan menghafal al-Qur’an.

Catatan : Tulisan ini pernah tayang di tokohwanita.com pada 20 Agustus 2022

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *