Biografi K.H Munawir Krapyak Yogyakarta

  • Bagikan
Biografi K.H Munawir Krapyak Yogyakarta
Biografi K.H Munawir Krapyak Yogyakarta

A. Sosok K.H Munawir Krapyak

K.H Munawir Krapyak mendirikan Pondok Pesantren Krapyak di Yogyakarta. Ayahnya bernama Kyai Abdurrasyad yang merupakan keturunan dari Kyai Hasan Besari, yang memiliki kedekatan dengan Pangeran Diponegoro. Pada usia sepuluh tahun, K.H Munawir Krapyak belajar kepada Kyai Abdullah Kanggotan, Syeikhona Kholil Bangkalan, dan Kyai Haji Abdur Rahman Watucongol.

Ketika menjadi santri di Bangkalan, Syaikhona Kholil Bangkalan Madura pernah memintanya menjadi Imam sholat karena keahliannya dalam qiraat meski masih muda. Setelah belajar kepada Syaikhona Bangakalan, K.H Munawir banyak menimba ilmu di Makkah.

B. Kiprah K.H Munawir untuk Pondok Pesantren Krpayak

Kyai Munawir memulai pendirian Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta pada akhir tahun 1909. Di pesantrennya, Kyai Munawir konsisten menerapkan sistem soragan dalam mengajarkan ilmu qiraat secara praktis.

Pesantren-pesantren lain yang menerima jalur sanad qiraat dari Kyai Munawir hampir semuanya mempertahankan dan menerapkan sistem yang sama. Banyak pemegang sanad Qiraat Sab’ah yang berkiprah di Indonesia saat ini berasal dari jalur Kyai Munawir.

Dalam pembelajaran qiraat secara praktis, Kyai Munawir menggunakan sistem talaqqi yang dilakukan dalam bentuk bandongan (komunal) atau sorogan (individual). Sistem bandongan efektif dalam hal waktu, tetapi sistem sorogan lebih mendekati originalitas qiraat Al Quran dan lebih mudah terdeteksi oleh orang yang berhasil mendapatkan sanad tersebut.

Ketekunan Kyai Munawir dalam membimbing para santrinya dalam menghafal Al Quran menghasilkan banyak santri yang berhasil menghafalkan Al Quran 30 Juz dan mendapatkan sanad qiraat masyurah dari Kyai Munawir.

C. Akhir Hayat K.H Munawir Krapyak

K.H Munawar Krapyak wafat pada 1942 M. Semoga semua kebaikan-kebaikan K.H Munawir menjadi doa baik untuk kita semua dan dapat meneladani hal-hal yang telah beliau contohkan.

Sumber : Sanad Quran dan Tafsir di Nusantara: Jalur, Lajur dan Titik Temunya

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *